Posted by : Unknown Jumat, 30 Januari 2015


“Jadi, maukah kau lanjutkan percakapan kita yang sempat terhenti?” Setelah cukup kenyang, aku memaksanya melanjutkan apa yang tengah kami bicarakan saat diperjalanan.
“Kau sangat berantusias sekali bila membicarakan pria asing tadi.” Ucap Tommy sambil menyeka mulutnya.
“Ti..tidak, tidak. Bukan seperti itu maksudku. Hanya saja aku sedikit penasaran dengan pernyataanmu tadi.” Aku berusaha mencari alasan yang cocok untuk saat ini.
“Baiklah, jujur saja aku merasa telah digantikan olehnya. Tapi kau harus ingat. Jangan dulu mempercayai pria asing. Berbahaya, bisa saja dia memiliki niat buruk padamu. Kau tahu, aku sangat mengenalmu melebihi siapapun, dan aku tak ingin kau terluka olehnya.”
“Kaneki orang baik, dia menyelamatkanku 2x hari ini.”
“Bisa saja itu hanya kedoknya.”
“Sepertinya ia tulus.”
“Kalian baru saja saling mengenal. 95% pria itu jahat menurutku. Jika ia tidak menyentuhmu, tidak memperlakukanmu dengan lembut seolah kau pacarnya, tidak membuatmu melakukan apa yang seharusnya dilakukan orang asing baru aku percaya padanya. Kecuali kalian sudah lama saling mengenal.”
Tunggu, pagi tadi Kaneki menyuruhku memeluknya dengan alasan aku harus memasukan tanganku kedalam saku jaketnya dan tadi saat mengantarnya ke UKS, dia.. dia memelukku dan tiba-tiba saja dia menggenggam tanganku saat bertemu Tommy. Oh tidak, dia melakukan semua hal yang Tommy bicarakan .
“Dan juga sepertinya ia suka mempermainkan wanita. Aku bisa melihatnya dari cara wanita tadi menggandengnya.” Aku hanya terdiam memikirkan semua ucapan Tommy. Apa aku benar-benar salah menilai Kaneki?
Tak lama seseorang yang kukenal datang kedalam restoran yang sama. Ya, itu Kaneki bersama Aoi. Seperti biasa Aoi tak pernah melepaskan tangannya dari Kaneki, dan Kaneki? Ia memang tampak menyebalkan seperti apa yang Tommy gambarkan.
Pada akhirnya, mata kami saling bertemu. Entah mengapa perasaan tak menentu ini tiba-tiba datang lagi. Padahal aku kira, aku akan sedikit membencinya kali ini namun perasaan ini masih tetap sama.
Aoi mengikuti pandangan Kaneki, akhirnya Aoi mengajak Kaneki untuk mendekat kearah kami. Aoi tampak senang bertemu dengan kemi, maksudku bertemu dengan Tommy. Semua kursi telah penuh dan akhirnya Tommy angkat bicara.
“Kalian boleh bergabung bersama kami.” Ucap Tommy mempersilahkan Aoi dan Kaneki untuk duduk.
Tunggu. Bergabung? Dengan mereka? Oh tidak. Dengan riang Aoi menerima tawaran Tommy dan akhirnya mereka duduk bersama kami. Aku duduk disamping Tommy dan bersebrangan dengan Kaneki. Kenapa harus seperti ini? Sialan.
Aku tidak bisa fokus dan mengendalikan diriku. Duduk berhadapan dengan Kaneki, membuatku gerogi. Meskipun tadi pagi kami melakukan hal yang sama tapi bila disebelah kami masing-masing bersama seseorang rasanya sedikit tidak nyaman.
By the way, thank you for saving Rifka twice in one day” Mataku tiba-tiba menoleh kearah sumber suara berasal. Tampaknya Kaneki mengikuti gerakanku.
No problem.” Balas Kaneki singkat. Tiba-tiba mata Aoi menyipit kearahku. Pandangan yang selalu ia berikan setiap kali bertemu denganku. “You’re saving her?” Ia meminta penjelasan lebih lanjut pada Kaneki, tapi Tommy kembali memotong.
But now, i’ll beside her everywhere, and you don’t touch her again. She’s mine. You’d be better stay away from her” Kata-kata itu seketika membuatku semakin membelalakan mata.
“Tentu jika dia lebih memilihmu.” Kaneki tampaknya tidak mau kalah.
“Hohoho ternyata kau bisa berhasa Indonesia juga. Bagiku memang kau memiliki nilai lebih, tapi kau tetap jauh bila dibandingkan denganku.” Oh tidak, tampaknya mereka akan memulai pertengkaran lagi disini. Aoi tampak bingung atas apa yang sedang terjadi, akhirnya untuk mencegah pertengkaran lebih lanjut aku membujuk Tommy untuk segera mengantarkanku pulang dan untungnya ia segera menyanggupi tanpa berbasa-basi. Meskipun tak melihatnya tapi aku tahu Kaneki sedang memandangi kami saat pergi.
Selama perjalanan pulang banyak sekali hal yang aku pikirkan. Baik itu Tommy maupun Kaneki. Seluruh pernyataan dan tingkah laku mereka membuatku tak bisa berpikir dengan jernih. Aku membenarkan perkataan Tommy dan seluruh penilaiannya pada Kaneki namun disisi lain hatiku menyalahkan pemikiranku. Meskipun aku membenarkannya, namun begitu melihat Kaneki perasaan kesalku padanya tiba-tiba menghilang. Dan hatiku juga beranggapan semua yang dilakukannya padaku semata-mata agar dia mampu melindungiku. Mencegah agar aku tidak kedinginan karena cuaca pagi tadi dan juga memeluk karena aku benar-benar merasakan sesak yang sangat dalam.
“Aku merasa kasihan pada wanita yang bersamanya.” Tiba-tiba perkataan itu membangunkanku yang masih seperti terbawa mimpi. “Dia begitu polos hingga mau ditipu pria menyebalkan.” Kata-kata dengan nada yang sama, kembali terdengar. “Aku tidak akan mebiarkanmu merasakan hal yang sama seperti gadis malang tadi.” Tommy kembali membuatku bimbang. “Karena aku teman terbaikmu bukan?” Tiba-tiba pernyataan itu sedikit membuatku tenang. “Dan kita akan menikah saat kita dewasa nanti. Seperti apa yang telah kita janjikan.” Dan pernyataan terakhirnya seperti memberikanku sebuah beban yang sangat berat. Mungkinkah ia merasakan hal yang sama ketika aku menentang Tommy dan Vreya?







***JANGAN LUPA BERIKAN KOMENTARNYA***
DIBUTUHKAN KRITIK DAN SARAN YANG MEMBANGUN
DARI PEMBACA SEKALIAN
`Arigatou'

{ 2 komentar... read them below or Comment }

- Copyright © 2013 シズカ 近松's Blog ^^ - Ore no Imouto - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -